Cinta  dan pernikahan
Cinta dan kekerasan
Cinta dan kesepian
Cinta dan seksualitas
Cinta, agama dan budaya
 Cinta dan kekerasan
Cinta dan kesepian
Cinta dan seksualitas
Cinta, agama dan budaya
Cinta dan pernikahan
 Cinta selalu membuat orang ingin  memiliki ikatan dengan yang dicintai. Namun apakah cinta selalu membuat  orang berpikir untuk terikat pernikahan dengan orang yang dicintai?  Belum tentu. Sebagian besar memang berpikir untuk menikahi yang  dicintai. Namun, mereka yang mencintai terkadang juga takut menghadapi  pernikahan. Ada yang hanya mau berpacaran saja atau ada yang hanya mau  kumpul kebo.
 Saat ini, cinta memang menjadi  landasan untuk menikah bagi sebagian besar orang. Contohnya Anda, apakah  Anda mau menikah dengan orang yang tidak ada cintai? Anda tentu memilih  menikah dengan orang yang Anda cintai. Namun demikian, pernikahan boleh  jadi tanpa cinta dan tidak semua pencinta yang menginginkan pernikahan,  benar-benar menikah. Sebab pernikahan bukan hanya tentang cinta.  Begitulah budaya kita. Di Uni Soviet, pada tahun 1986 dilaporkan hanya  50% orang menikah karena cinta. Di Amerika Serikat, sekitar 87% menikah  karena cinta. Bagaimana dengan di Indonesia? Lagi-lagi tidak ada data  yang tersedia.
 Anda pasti sering mendengar  adanya orang yang menikah karena dipaksa. Nah, mereka tentu menikah  tanpa cinta. Mereka berasumsi, jika sudah terbiasa, nantinya cinta akan  tumbuh juga. Begitu pun Anda pasti sering mendengar adanya hubungan  cinta yang dilarang. Orang tua melarang anak gadisnya berpacaran dengan  orang yang dicintai sang gadis karena menilai kurang menjanjikan.  Akibatnya cinta sang gadis tidak pernah berlanjut ke pernikahan.
 Sampai saat ini masih sangat  banyak yang beranggapan bahwa menikah akan membuat orang berbahagia  selamanya. ‘Living happily ever after’, demikian istilahnya dalam bahasa  inggris. Benarkah hal tersebut? Banyak ilmuwan mengatakannya sebagai  mitos. Rasa bahagia pasti menurun pada saat-saat tertentu dan naik pada  saat yang lain. Lagi pula tidak ada pernikahan yang tanpa masalah  sedikitpun.
 Sebuah survei nasional di  Amerika Serikat oleh National Opinion Research Center, pada tahun 2001,  menunjukkan bahwa hanya sebesar 40% orang dewasa yang menikah, 23% yang  tidak pernah menikah, 19% yang dalam kondisi bercerai, dan 16% yang  hidup terpisah, melaporkan mengalami rasa sangat bahagia dalam hidup  mereka. Hal yang kurang lebih sama ditemukan di Kanada dan Eropa.  Bagaimana dengan di Indonesia? Tidak ada survei yang diketahui telah  dilakukan. Namun mungkin angkanya tidak akan jauh berbeda. Nah, bukankah  60% mereka yang menikah melaporkan kurang bahagia?!
 Akan tetapi jelas bahwa mereka  yang menikah lebih banyak yang merasakan bahagia. Diketahui bahwa mereka  yang menikah umumnya lebih berbahagia daripada mereka yang tidak  menikah. Laki-laki menikah dan perempuan menikah lebih bahagia daripada  mereka yang tidak pernah menikah, bercerai atau berpisah. Pada  orang-orang yang tidak menikah, rata-rata bunuh diri dan depresinya jauh  lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menikah. Sebuah survei  yang dilakukan National Institute of Mental Health di Amerika Serikat  menemukan bahwa rata-rata tingkat depresi meningkat dua sampai empat  kali lipat lebih besar pada orang dewasa yang tidak menikah.
 Cinta dan kekerasan
 Cinta tidak selalu damai. Ia  juga bisa menimbulkan kekerasan. Mereka yang cemburu bisa melakukan  kekerasan. Begitu pun mereka yang hubungannya kurang bahagia. Mereka  akan lebih banyak tidak sepakat pada banyak hal, saling memerintah,  saling mengkritik, dan saling mengabaikan satu sama lain. Kekerasan  domestik atau kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence)  adalah  hal yang umum terjadi. Anda pasti biasa mendengar ada seorang pria yang  memukuli pacarnya, atau suami memukul istrinya.
 Kekerasan domestik adalah pola  kekerasan dan perilaku koersif  di mana seseorang mencoba untuk  mengontrol pikiran, keyakinan, atau perilaku dari pasangan intimnya atau  untuk menghukum pasangan bila menolak kontrol. Hubungan cinta yang  tidak setara memungkinkan lebih besar terjadinya kekerasan. Alasan cinta  sering digunakan ketika melakukan kekerasan seksual pada pasangan.  “Jika kamu benar-benar mencintaiku, maka kita harus melakukannya. Jika  tidak, bagaimana aku bisa percaya padamu”, demikian kata-kata yang  sering digunakan.
 Kekerasan dalam hubungan cinta  mencakup kekerasan fisik (misalnya menampar dan memukul), kekerasan  emosional verbal (misalnya mengkritik, membuat pasangan merasa bersalah  dan menghina), ketergantungan finansial (misalnya mencegah pasangan  berpenghasilan sendiri dan mengontrol semua aspek keuangan), isolasi  sosial (misalnya membatasi pergaulan dan melarang pasangan bertemu orang  lain), kekerasan seksual (misalnya selingkuh, sadomasokisme, dan  memaksa seks), pengabaian (misalnya membiarkan pasangan dan menyalahkan  pasangan), intimidasi/ancaman (misalnya mengancam mau meninggalkan dan  mau memukul).
 Kekerasan bisa terus berlangsung  dalam hubungan cinta, justru karena cinta itu sendiri. Banyak yang  sudah dianiaya pasangan, tetap saja tidak mau berpisah karena merasa  masih mencintainya. Karena rasa cinta, maka apapun tindak kekerasan yang  dilakukan pasangan selalu dimaafkan. Inilah sebab kekerasan terus  berjalan.
 Cinta dan kesepian
 Apa yang terjadi pada orang yang  mencari cinta tapi tak kunjung mendapatkannya? Rasa kesepian. Orang  merasa sepi dalam hidupnya jika tanpa cinta. Tidak jarang, rasa kesepian  merupakan pendorong bagi seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang  lain. Bukankah biasa kita mendengar mereka yang menikah hanya karena  takut akan kesepian pada masa senjanya?!
 Kesepian adalah perasaan  kekurangan dalam hubungan sosial yang menyediakan kesempatan untuk  keintiman atau kedekatan emosional dan persahabatan. Orang bisa merasa  sepi dalam keramaian, dan merasa ramai dalam kesepian, sebab rasa sepi  sangat subjektif. Meskipun dikelilingi puluhan orang setiap hari, mereka  yang merasa kurang memiliki hubungan yang intim, hangat dan akrab  dengan seseorang tetap akan merasa sepi. Sebaliknya ada juga yang hanya  bertemu dengan satu orang saja sehari sekali, tidak merasa sepi karena  yang ditemui dirasakan mampu memberikan rasa dekat.
 Remaja sering sekali melaporkan  rasa kesepian. Mereka merasa sepi, meskipun banyak memiliki teman. Oleh  karena kematangan perkembangan, remaja seolah-olah dituntut untuk  memiliki hubungan cinta. Jika mereka gagal, mereka juga merasa gagal  dalam hampir seluruh aspek. Oleh sebab itu kegagalan menjalin cinta bisa  mengakibatkan seorang remaja sangat kesepian. Nah, rasa kesepian itu  akan mendorong mereka untuk berupaya menjalin cinta. Jika gagal,  kesepian akan kembali mendera. Jika berhasil, maka kesepian akan lenyap.
 Biasanya, kaum perempuan lebih  mudah merasa kesepian daripada laki-laki. Hal itu disebabkan karena  adanya perbedaan sebab kesepian. Perempuan umumnya menilai dirinya  kesepian atau tidak, berdasarkan kualitas hubungan, seperti dukungan  sosial, kedekatan emosional, dan lainnya. Oleh karena lebih sulit untuk  mendapatkan hubungan yang berkualitas, maka perempuan lebih mudah merasa  kesepian. Berbeda dengan laki-laki, mereka menilai dirinya kesepian  dari sisi jumlah hubungan sosial. Jika Anda laki-laki maka Anda  cenderung melihat diri kesepian bila kurang adanya teman berkegiatan  bersama. Sepanjang ada teman yang bisa diajak memancing bersama,  olahraga bersama, dan semacamnya, maka kaum laki-laki kurang merasa  kesepian.
 Cinta dan seksualitas
 Jika Anda mencintai seseorang,  apakah Anda tidak ingin melakukan hubungan seks dengannya? Sangat  mungkin Anda menginginkannya. Cinta itu sendiri mengandung elemen  ketertarikan seksualitas. Mereka yang menarik secara seksual, juga  menarik untuk dicintai. Ini artinya terdapat hubungan yang sangat erat,  atau malah integral antara cinta dan seksualitas.  Sebagian peneliti  cinta bahkan tidak menganggap berbeda antara cinta penuh hasrat  (passionate love) dengan hasrat seksual. Namun, tentu lebih diterima  jika mengatakan, ‘aku cinta kamu’ daripada mengatakan ‘aku berhasrat  padamu’.
 Cinta lebih memungkinkan terjadi  hubungan seksual. Jika tidak ada hubungan seksual, maka tidak ada  keturunan. Jika tidak ada keturunan, maka punahlah umat manusia. Namun,  kenyataan membuktikan bahwa manusia beranak pinak sedemikian banyaknya.  Pada kira-kira tahun 1000 Masehi, di seluruh dunia ada sekitar 300 juta  umat manusia. Hanya dalam 1000 tahun berikutnya, jumlah umat manusia  sudah membengkak menjadi sekitar 10 miliar. Terjadi peningkatan 33 kali  lipat. Nah, cinta merupakan salah satu faktor yang menyumbang terjadinya  pembengkakan jumlah itu.
 Terdapat perbedaan strategi  antara laki-laki dan perempuan dalam hal upaya reproduksi karena adanya  perbedaan fisiologis. Hal ini juga berpengaruh terhadap cinta yang  dialami. Perempuan akan lebih mudah jatuh cinta pada mereka yang  memiliki sumber daya berlimpah. Anggapan bahwa perempuan itu ‘matre’,  ada benarnya. Namun, itu sama sekali bukan keburukan. Itu adalah  strategi alamiah yang dimiliki perempuan untuk bertahan hidup dan  survival. Sementara laki-laki lebih mudah jatuh cinta pada daya tarik  fisik pada diri perempuan.
 Strategi reproduksi perempuan
Perempuan dapat menghasilkan anak dalam jumlah terbatas dan hanya dalam kurun waktu tertentu
Perempuan mencari laki-laki yang memiliki sumber daya untuk melindunginya dan keturunannya
Perempuan menilai laki-laki berdasarkan kapasitasnya dalam hal pendapatan, ambisi, status, dan kepemilikan.
Perempuan tertarik pada laki-laki yang menunjukkan sumber-dayanya
 Perempuan dapat menghasilkan anak dalam jumlah terbatas dan hanya dalam kurun waktu tertentu
Perempuan mencari laki-laki yang memiliki sumber daya untuk melindunginya dan keturunannya
Perempuan menilai laki-laki berdasarkan kapasitasnya dalam hal pendapatan, ambisi, status, dan kepemilikan.
Perempuan tertarik pada laki-laki yang menunjukkan sumber-dayanya
Strategi reproduksi laki-laki
Laki-laki dapat menghasilkan anak dari masa pubertas sampai mati.
Laki-laki mencari perempuan yang dapat bereproduksi
Laki-laki menilai perempuan berdasarkan kemudaan, kesehatan dan kecantikan
Laki-laki tertarik pada perempuan yang menunjukkan adanya kapasitas bereproduksi
 Laki-laki dapat menghasilkan anak dari masa pubertas sampai mati.
Laki-laki mencari perempuan yang dapat bereproduksi
Laki-laki menilai perempuan berdasarkan kemudaan, kesehatan dan kecantikan
Laki-laki tertarik pada perempuan yang menunjukkan adanya kapasitas bereproduksi
Cinta, agama dan budaya
 Hampir tidak ada budaya dan  agama yang tidak mengatur cinta. Misalnya, ajaran Islam menghendaki  pernikahan sebagai wujud cinta. Jika mencintai, maka menikahlah  dengannya. Nah, dalam pernikahan-lah orang bebas untuk mengekspresikan  cinta. Hubungan seksual juga baru boleh dilaksanakan dalam ikatan  pernikahan. Ekspresi cinta apapun di luar pernikahan dianggap sebagai  tabu.
 Cinta, meskipun kemunculannya  benar-benar bebas. Tapi ekspresinya tidaklah bebas. Ia terkungkung norma  budaya. Misalnya saja, adalah hal biasa di negara barat, setelah  mengatakan cinta, kemudian melakukan hubungan seksual. Jam 8 malam  mengatakan cinta, lalu jam 10 malam melakukan hubungan seksual.  Sementara itu, di Indonesia, umumnya orang akan menunggu cukup lama  sebelum hubungan seksual bisa dilakukan. Bahkan masih sangat banyak yang  tidak mau melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
 Begitu juga tinggal bersama  menjadi tabu bagi sebagian budaya tapi menjadi budaya di beberapa  negara. Misalnya saja, di Inggris, adalah hal biasa tinggal bersama  kekasih tanpa ada ikatan pernikahan. Jika Anda penggemar sepak bola,  Anda pasti sering mendengar pemain-pemain bola yang baru menikah setelah  bertahun-tahun hidup bersama dan bahkan memiliki anak. Tapi tidak di  Yogyakarta. Kalau berani melakukannya, bakal di grebeg habis. Kalau cuma  diusir masih mendingan, tidak jarang sampai dipukuli karena dipandang  sebagai noda. Mereka yang tetap nekad tinggal bersama akan membekali  diri dengan surat nikah palsu.
 Pacaran adalah hubungan cinta  yang semakin lama semakin diperbolehkan. Dulu, tidak ada anak muda yang  diperbolehkan pacaran. Saat ini, hampir tidak ada anak muda yang tidak  pacaran. Kegiatan yang dilakukan dalam pacaran pun sangat berbeda. Dulu,  jangankan memegang tangan, melihat pun harus dari lubang jendela.  Sekarang ini, tidak hanya ciuman, hubungan seksual mulai biasa dilakukan  oleh mereka yang berpacaran. Tidak heran jika angka kehamilan di luar  nikah semakin naik dari tahun ke tahun.
 Kepada siapa orang boleh  mencintai pun budaya memberi batasan. Mencintai istri orang merupakan  tabu. Itu cinta terlarang. Lebih terlarang lagi mencintai (dalam arti  cinta romantik) kepada ibu, ayah, anak, saudara kandung, dan saudara  sedarah lainnya. Bahkan, perempuan yang mencintai pria jauh lebih tua  juga kurang diterima, begitu pun sebaliknya. Misalnya anak gadis belasan  tahun menikah dengan bapak-bapak umur 60 tahun. Pasti bakal dicurigai  hubungannya.
 Bagaimana cinta sesama jenis?  Nah, dalam hal ini terjadi perbedaan antar budaya dalam menyikapinya.  Secara umum, di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan beberapa negara  lain, cinta seperti itu sah-sah saja. Bahkan Belanda telah membuat  undang-undang yang memungkinkan pernikahan sesama jenis. Sementara itu,  di Indonesia umumnya masyarakat masih mengecam cinta sesama jenis.  Mereka yang mengalaminya jadi enggan menunjukkan diri. Namun ke depan,  agaknya masyarakat akan lebih terbuka dengan fenomena tersebut.
 Cinta secara umum tidak hanya  mempengaruhi sektor privat. Ia juga mempengaruhi sektor publik. Banyak  kehidupan ekonomi didorong oleh adanya cinta. Misalnya, Anda melakukan  kegiatan ekonomi tertentu karena cinta. Anda membeli hadiah untuk yang  Anda cintai, adalah salah satunya. Namun, bukan itu kegiatan ekonomi  sebenarnya. Kegiatan ekonomi yang secara langsung didorong cinta adalah  produksi barang dan jasa untuk para pecinta. Mulai dari penerbitan  buku-buku cinta, barang-barang bertema cinta, cokelat (yang identik  dengan kue cinta), kebun bunga, percetakan dan sebagainya.
 Salah satu kegiatan ekonomi yang  banyak mendorong kegiatan ekonomi masyarakat adalah saat hari Valentine  pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Hari itu ditasbihkan sebagai  hari milik cinta. Umumnya anak muda saat ini merayakannya. Mulai dari  memberi hadiah-hadiah spesial pada yang dicintai, ikut dalam berbagai  acara musik dan hiburan, melakukan perjalanan bersama, sampai makan di  restoran nan romantis. Semuanya mendorong naiknya volume perdagangan.  Pada saat Valentine Day, banyak produksi barang dikeluarkan untuk  menyambutnya. Salah satu yang paling diuntungkan adalah produsen cokelat  dan bunga mawar, sebab keduanya telah diidentikkan sebagai kue cinta  dan bunga cinta. Penjualan keduanya meningkat sangat tajam. Hampir  seluruh pusat perbelanjaan mempersiapkan secara khusus barang-barang  untuk hari Valentine.
 Anda juga pasti tahu, industri  hiburan umumnya digerakkan oleh tema cinta. Hampir semua lagu bertema  cinta. Sangat jarang ada lagu populer yang tidak bertema cinta.  Sepertinya tema cinta tidak habis-habisnya digali. Coba Anda cari lagu  yang tidak bertema cinta, Anda akan menemukannya sedikit sekali  dibandingkan yang bertema cinta.
 Pun film-film, drama dan opera  produksi manapun, hampir selalu bertema cinta. Entah itu buatan India,  Hongkong, Jepang, Perancis, Hollywood, sampai Iran. Jikapun cerita  intinya bukan cinta, adegan cinta biasanya tetap dimasukkan di sana.  Sebagai catatan, dari 10 film terlaris sepanjang masa di seluruh dunia,  hampir semuanya memasukkan tema cinta di dalamnya. Tiga film terlaris,  mulai Titanic (1997) yang menghasilkan $1,835,300,000, lalu The Lord of  the Rings : The Return of the King (2003) yang menghasilkan  $1,129,219,252, kemudian Pirates of the Caribbean : Dead Man’s Chest  (2006), yang menghasilkan $1,060,332,628, adakah yang tanpa cinta?
 Selamat bercinta!











