Valentine Day Dalam Perspektif Islam
 Setidaknya ada dua dasar pikiran  atau pijakan kita dalam melihat dan menentukan, apakah Valentine day  dapat diterima dalam ajaran dan tradisi Islam. Dasar pikiran yang  pertama, dengan melihat dari segi akar sejarahnya. Dari uraian diatas,  jelas bahwa Valentine day bukanlah warisan ajaran peninggalan sejarah  para Nabi dan Rasul, melainkan ajaran sejarah Dewa Luparcelia, yang  kemudian diteruskan oleh Uskup Santo Valentine salah seorang rahib dalam  tradisi agama Katolik pada saat itu.
 Sementara dalam perspektif  ajaran Islam atau agama-agama hanif (mulai dari Adam sampai dengan  Muhammad SAW), bahwa sesuatu pesan baru dianggap sebagai bagian dari  ajaran agama ketika pesan ajaran itu disampaikan oleh para Rasul yang  kemudian diabadikan oleh wahyu Tuhan.
 Di luar dari ketentuan diatas,  maka sesuatu perbuatan (apalagi menjadi sebuah momen perayaan) tersebut  dianggap menyesatkan dan bisa jatuh kepada hukum syrik.
 Dalam hadis Rasul ditegaskan, 
 “Siapa  yang menyerupai sesuatu perbuatan kaum, maka ia bagian dari kaum itu”.
(HR. Bukhori Muslim)
 (HR. Bukhori Muslim)
hadis ini merupakan, salah satu  pernyataan Rasulullah SAW, yang sangat populer dan sering kita dengarkan  yang menuntut kehati-hatian kita dalam melaksanakan suatu sistem  ajaran, karena kita akan menjadi bagian dari golongan tersebut.
 Firman Allah: 
 “Janganlah  kamu mengikuti sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya.  Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai  pertanggungjawabannya”.
(QS. Al Isra’: 36).
 (QS. Al Isra’: 36).
Yang kedua, sistem tata nilai  yang terkandung dalam Valentine day jelas sangat bertentangan dengan  sistem tata nilai dalam ajaran Islam. Dalam Islam, tidak ditemukan atau  diperbolehkan bahkan sangat dilarang keras untuk membangun sebuah pola  pergaulan antara pria dan wanita secara bebas.
 Karena perbuatan yang demikian  telah msuk kedalam kategori zina, yang dalam Islam sangat disuruh  menjauhinya. 
 Firman Allah: 
 “Dan  janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan  keji dan seburuk-buruk jalan”.
(QS. Al Isra’: 32).
 (QS. Al Isra’: 32).
Bahkan seorang lelaki dan wanita  yang berkhalawat (berdua-duaan) saja, disuruh untuk menjauhinya, karena  syetan laknatullah alaih akan menjadi pihak ketiga dari mereka. Keadaan  yang demikian akan menjadi peluang bagi mereka untuk melakukan  perbuatan keji (zina).
 Sangat tidak bisa diterima akal,  jika Valentine day diabadikan sebagai simbolisasi keagungan sebuah  cinta, namun dalam realitasnya mereka justru mengangkangi dan menodai  makna kesucian cinta.
 Coba kita bayangkan, dihari itu  para pemuda-pemuda larut dalam hura-hura, pergi ketempat-tempat hiburan,  saling bermesraan bahkan tak jarang diantara mereka terjerumus untuk  melakukan hubungan seksual secara bebas, tanpa adanya sebuah ikatan yang  syah menurut ajaran agama.
 Dengan mengatas namakan cinta,  banyak kemudian para kawula muda justru tidak lagi memiliki masa depan  yang ceria dalam kehidupannya. Karena tidak jarang diantara mereka  menjadi korban cinta, ditinggalkan oleh mantan kekasihnya, akibat  pergaulan bebas yang kadung sudah terlakukan.
 Dari dua dasra pikiran diatas,  maka jelaslah merayakan Valentine day dalam kaca mata Islam adalah  haram. Dengan demikian diharapkan kepada generasi muda Islam untuk tidak  terlibat dalam acara atau kegiatan yang menyesatkan ini.
 Islam yang sangat kaya akan  konsepsi-aplikatif, sangat banyak memberikan aturan-aturan tentang  prilaku kehidupan yang bertujuan dalam menempatkan manusia, pada  tempat-tempat yang sebaik-baiknya dan semulia-mulianya. Islam sebagai  rahmatan lil alamin sudah dijamin oleh Sang Pemilik Alam ini, akan  konsepsi ajarannya sebagai ajaran yang mengandung nilai-nilai kebaikan  dan kemaslahatan hidup kita di dunia dan akhirat.
 Konsep kasih sayang misalnya,  Islam sangat begitu jelas, ilegan, humanis, egalitarian, indah dan  menyejukkan. 
 Lima belas abad yang lalu  Rasulullah SAW, telah menyatakan bahwa: 
 “Tidak  beriman seseorang itu, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia  mencintai dirinya sendiri”
(HR Bukhori Muslim).
 (HR Bukhori Muslim).
Budaya barat tidak sedikitpun  lebih aplikabel dari sistem ajaran Islam. Valentine day tidak akan dapat  menandingi konsep kasih sayang dan pemaknaan cint dari pada Islam,  karena Islam menempatkan rasa kasih sayang dan cinta tidak hanya  berdimensi kemanusiaan yang bersifat temporal-temporal, melainkan  didorong atas dimensi ilhiah yang bersifat universal-universal.
 Penutup
 Sebagai generasi muda Islam yang  baik, tidak seharusnya kita terjebak dengan budaya-budaya barat yang  sangat bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang luhur.  Valentine day merupakan salah satu bentuk budaya asing, yang  asal-usulnya tidak memiliki hubungan dengan akar sejarah para  Rasul-rasul dan sistem ajaran agama-agama hanif (Islam).











