Apakah  gender itu?
Apakah maskulin dan feminin itu?
Seks, pernikahan dan perselingkuhan
Komersialisasi seks : pelacuran dan pornografi
Kontrasepsi dan aborsi
Masa depan seks : reproduksi buatan
Budaya, moral dan seksualitas
 Apakah maskulin dan feminin itu?
Seks, pernikahan dan perselingkuhan
Komersialisasi seks : pelacuran dan pornografi
Kontrasepsi dan aborsi
Masa depan seks : reproduksi buatan
Budaya, moral dan seksualitas
Apakah gender itu?
 Pada bab pertama telah dibahas  singkat tentang gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum  laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun  kultural, bukan karena perbedaan biologis. Termasuk dalam persoalan  gender adalah pembagian peran antara laki-laki dan perempuan (di luar  peran biologis yakni hamil dan menyusui pada perempuan serta membuahi  pada laki-laki), serta kepribadian.
 Peran gender. Laki-laki memiliki  tugas mencari nafkah, memimpin rumah tangga, melakukan pekerjaan kasar,  memperbaiki atap, menggali sumur. Perempuan mengurus anak, membersihkan  rumah, memasak, mencuci baju. Nah, peran laki-laki dan perempuan di  atas adalah peran gender, yakni peran yang diharapkan dari seorang  laki-laki dan perempuan karena budaya menghendaki demikian. Oleh sebab  budaya selalu berubah, demikian juga peran gender. Tahun 90-an,  perempuan tidak ada yang boleh bekerja jadi sopir, saat ini mulai banyak  sopir perempuan. Jaman dulu laki-laki tidak mengasuh anak dan tidak  mencuci baju, saat ini laki-laki mengasuh anak dan mencuci baju. Boleh  jadi, pada suatu saat nanti tidak akan ada lagi peran gender.
 Kepribadian. Masyarakat pada  umumnya membedakan adanya sifat kepribadian tertentu yang dianggap khas  milik perempuan dan sebagian yang lain khas miliki laki-laki.  Sifat-sifat yang dianggap khas perempuan misalnya lemah lembut,  bijaksana, cerewet, religius, peka terhadap perasaan orang lain, sangat  memperhatikan penampilan, mudah menangis, tergantung atau kurang  mandiri, dan memiliki kebutuhan rasa aman yang besar. Sifat-sifat yang  khas laki-laki misalnya agresif, mandiri, kurang emosional, objektif,  kurang peka terhadap perasaan orang lain, ambisius, dominan, logis, dan  suka bersaing. Pertanyaannya, apakah hal tersebut benar?
 Boleh jadi sifat-sifat yang khas  itu memang benar. Kekhasan itu muncul karena sejak kecil masing-masing  jenis kelamin memang telah dididik untuk selaras dengan sifat-sifat itu.  Misalnya saja agresivitas. Sejak kecil laki-laki dididik untuk agresif,  perkelahian anak laki-laki lebih dimaklumi. Permainan mereka berkisar  pada persaingan dan peperangan. Sebaliknya anak perempuan dididik kurang  agresif. Mereka dilarang melakukan permainan agresif. Permainan yang  diberikan pun bukan permainan agresif. Maka kemudian menjadi wajar jika  laki-laki lebih agresif ketimbang perempuan.
 Apakah maskulin dan feminin itu?
 Anda tentu sering mendengar kata  maskulin dan feminin. Kedua istilah itu sangat dekat dilekatkan dengan  seksualitas. Maskulin dianggap khas laki-laki dan feminin dianggap khas  perempuan. Secara umum, maskulin diartikan sebagai sesuatu yang memiliki  sifat-sifat kejantanan, baik berupa kepribadian, perilaku, pekerjaan,  benda atau lainnya. Misalnya agresif, dominan, ambisius, tanpa emosi,  balap motor, naik motor besar, senjata api, tinju, bina raga, buruh  bangunan, sopir truk, adalah hal-hal yang dianggap maskulin. Sebaliknya,  feminin diartikan sebagai sesuatu yang memiliki sifat-sifat  keperempuanan. Misalnya lembut, perasa, mudah menangis, boneka, pegawai  perpustakaan, sekretaris, aerobik, perawatan wajah, adalah hal-hal yang  dinilai feminin.
 Di antara maskulin dan feminin  ada androgini yakni tidak bersifat maskulin maupun feminin alias bisa  dianggap maskulin maupun feminin sekaligus. Orang yang bersifat  androgini mengombinasikan dalam dirinya sifat-sifat maskulin maupun  feminin. Misalnya rajin memasak di dapur tapi bekerja sebagai buruh  kapal atau sangat tegas ketika bekerja tapi sangat lembut ketika di  rumah.
 Seks, pernikahan dan perselingkuhan
 Semua masyarakat mengenal adanya  pernikahan, yakni ikatan antara laki-laki dan perempuan dewasa di mana  hubungan seksual legal dilakukan. Bahkan dalam banyak masyarakat, hanya  hubungan seks dalam pernikahanlah yang diakui. Hubungan seks di luar  nikah dikecam sebagai dosa. Tidak jarang pelakunya diusir, dihinakan  sampai dihukum mati. Pada beberapa masyarakat yang lain, pernikahan  hanyalah salah satu bentuk ikatan antar pasangan seksual (bisa pasangan  heteroseksual atau pasangan homoseksual). Hubungan seks di luar nikah  tidak menimbulkan kegaduhan dan dimaklumi bersama. Beda pernikahan  dengan pacaran dan kumpul kebo hanyalah dari sisi legal. Hanya  pernikahanlah yang dilindungi secara legal oleh hukum.
 Dalam pernikahan orang  diharapkan untuk mengekspresikan seksualitasnya dengan sebebas-bebasnya.  Namun faktanya bisa berlainan. Penelitian menunjukkan bahwa hanya dalam  setahun sejumlah 20% istri dan 10% suami mengalami penurunan dorongan  seksual yang sangat jauh. Nyaris 50% pasangan melakukan hubungan seks  tidak sebanyak yang mereka inginkan. Tapi meskipun begitu, diketahui  bahwa umumnya orang yang menikah mengalami kehidupan yang lebih  berbahagia ketimbang yang tidak menikah.
 Sisi lain kehidupan seksual  karena adanya pernikahan adalah adanya perselingkuhan, yakni melakukan  hubungan seks bukan dengan pasangan sahnya (termasuk juga menyelingkuhi  pacar atau teman kumpul kebo). Menurut sebuah survei, 40% orang Jerman,  50% orang Amerika, 42% orang Inggris, 40% orang Meksiko, 36% orang  Prancis dan 22% orang Spanyol melakukan perselingkuhan. Jadi, selingkuh  adalah hal lumrah.
 Salah satu bentuk perselingkuhan  yang dimaklumi adalah pertukaran pasangan seksual. Masing-masing pihak  sepakat agar diri dan pasangannya bertukar pasangan sementara dalam  melakukan hubungan seks. Disinyalir beberapa budaya memiliki tradisi  ini. Di Amerika Serikat, diperkirakan antara 2 sampai 5% pasangan pernah  melakukan pertukaran pasangan atau dikenal sebagai ‘swinging’. Di sana  bahkan berdiri asosiasi klub swing, yakni North American Swing Club  Association. Setiap tahun ribuan pasangan ‘swing’ hadir dalam  konferensinya.
 Komersialisasi seks : pelacuran dan pornografi
 Segala sesuatu yang menjadikan  seksualitas manusia menjadi komoditas ekonomi diistilahkan sebagai  komersialisasi seksual. Muaranya ada dua, yakni pelacuran dan  pornografi. Pelacuran adalah melakukan aktivitas seksual untuk  mendapatkan imbalan. Jika Anda mendapatkan pelayanan seksual dari  pelacur, maka Anda mesti membayar atas pelayanan yang Anda dapatkan.  Perputaran uang dalam bisnis seks di Indonesia diperkirakan menyerap  tidak kurang dari 3 miliar dolar atau kira-kira 2,7 triliun rupiah.
 Saat ini pelacuran bukan hanya  sebagai sarana pemuasan hasrat seksual orang-orang setempat. Pelacuran  telah menjadi bisnis wisata seks. Orang melakukan kunjungan ke suatu  tempat, bahkan lintas negara, agar dapat melakukan hubungan seksual.  Biasanya, sasarannya adalah pelacur anak-anak atau di bawah usia 18  tahun. Oleh sebab itu wajar jika pelacuran anak-anak sangat tinggi.  Diperkirakan 60% pelacur di Indonesia adalah anak-anak. Unicef  memperkirakan jumlahnya antara 40 ribu sampai 150 ribu orang. Di Cina,  jumlah pelacur anak disinyalir antara 200 ribu sampai 500 ribu orang. Di  Filipina terdapat sekitar 60 ribu sampai 100 ribu pelacur anak.
 Pornografi adalah mengungkapkan  seksualitas yang bersifat pribadi ke ruang publik, misalnya membuat  gambar telanjang atau seronok dan film seks (ketelanjangan dan hubungan  seksual dianggap bersifat pribadi dan maka ketika diungkapkan ke publik  menjelma menjadi pornografi). Pornografi sebenarnya bersifat kenyal  alias sulit didefinisikan secara tegas, sebab sesuatu bersifat porno  bagi satu orang mungkin bukan hal porno bagi orang lain. Goyang ngebor  Inul Daratista mungkin porno bagi Rhoma Irama sehingga Inul ingin  dicekal. Namun bagi yang lain, goyang tersebut tidaklah porno. Karena  kekenyalannya inilah, pornografi selalu menimbulkan perdebatan hangat.
 Kontrasepsi dan aborsi
 “Kontrasepsi paling aman, ya  jangan berhubungan..” demikian sepenggal lirik lagu salah satu grup  musik Indonesia yang cukup populer. Lirik itu benar adanya. Tidak  berhubungan seksual adalah cara paling ampuh untuk menghindari  terjadinya kehamilan. Tingkat keberhasilannya 100%.
 Kontrasepsi adalah upaya  pencegahan reproduksi akibat hubungan seksual. Caranya beragam. Secara  garis besar terdapat 4 cara kontrasepsi yakni cara tradisional, cara  hormonal, cara mekanis, dan cara aborsi. Cara tradisional mencakup 4  jenis, yakni selibat atau tidak berhubungan seks, pantang berkala atau  dikenal dengan istilah KB kalender, coitus interuptus (saat mau  ejakulasi penis dikeluarkan dari vagina sehingga cairan semen tumpah di  luar vagina), dan menggunakan jamu-jamuan pencegah kehamilan.
 Kontrasepsi dengan cara hormonal  bekerja dengan cara mengacaukan siklus menstruasi. Cari ini terdiri  dari 3 model. Pertama, meminum pil anti kehamilan atau pil KB yang  dilakukan setiap hari atau berkala beberapa hari sekali. Kedua,  menyuntikkan hormon.  Biasanya dilakukan beberapa bulan sekali. Ketiga,  memasang implan atau susuk. Biasanya implan bertahan sampai selama 2  tahun dan dipasang di lengan kanan, punggung atau yang lain.
 Secara mekanik sekurangnya  terdapat 5 model kontrasepsi. Pertama, memasang IUD (intra uterine  device) yang bertujuan menghambat sperma agar tidak masuk ke daerah  pembuahan. Kedua,  melakukan tubektomi dan vasektomi, yakni memotong  saluran telur dan saluran sperma, yang oleh karenanya bersifat permanen.  Bisa juga kedua saluran itu hanya diikat, dan ketika menginginkan anak  ikatan itu bisa dibuka kembali. Ketiga, menggunakan kondom atau tampon.  Penggunaan kondom sangat populer. Penis dibungkus agar sperma tidak  tumpah ke dalam vagina. Tampon adalah kondom untuk perempuan. Cara  kerjanya sama dengan kondom, hanya saja bersifat menampung sperma  sehingga tidak masuk ke dalam daerah pembuahan. Keempat, menggunakan  spermiside atau pembunuh sperma. Zat pembunuh sperma yang biasanya  berbentuk gel, pil atau bubuk atau cairan, atau bahkan tisu dimasukkan  atau dioleskan ke dalam vagina sebelum hubungan seks. Begitu sperma  masuk ke dalam vagina, maka otomatis sperma akan mati terkena  spermiside.
 Cara kontrasepsi terakhir adalah  aborsi atau pengguguran kandungan. Kadangkala, aborsi dilakukan atas  alasan medis yakni terancamnya keselamatan ibu jika kandungan  diteruskan. Namun demikian, sebagian besar aborsi dilakukan karena  kehamilan tidak diinginkan. Meskipun di Indonesia tindakan aborsi masih  digolongkan ilegal alias melawan hukum, disinyalir angka aborsi cukup  tinggi. 
 Sebuah studi pada tahun 2001  menunjukkan bahwa aborsi mencapai 2 juta kasus setiap tahun. Itu artinya  37 aborsi pada setiap 1000 perempuan berumur 15 sampai 49 tahun, atau  43 aborsi per 100 kelahiran hidup. Penelitian lain menunjukkan angka 2,3  juta aborsi setiap tahun, di mana 1 juta terjadi spontan (keguguran),  600 ribu karena gagal kontrasepsi, dan 700 ribu karena tidak menggunakan  kontrasepsi. Sekitar 89% pelaku aborsi adalah perempuan sudah menikah.
 Masa depan seks : reproduksi buatan
 Perkembangan teknologi  reproduksi buatan akan membuat seks semakin berkembang terpisah dari  persoalan reproduksi. Hubungan seks yang dilakukan akan tidak lagi  berkaitan dengan fungsi reproduksi. Hal itu semata-mata dilakukan untuk  rekreasi atau kesenangan. Reproduksi akan menjadi sesuatu yang berbeda.  Saat ini beberapa teknologi yang terkait dengan reproduksi sedang  dikembangkan secara intensif. Beberapa teknologi itu adalah :
 Fertilisasi in vitro dan  pemindahan embrio. Sperma dan ovum diambil dari ayah dan ibu lalu  dipertemukan di laboratorium. Setelah menjadi embrio dipindahkan lagi ke  rahim ibu sampai melahirkan.
 Gamet intrafallopian transfer.  Ovum dari ovarium dipindahkan ke tuba fallopi bersamaan dengan sperma.
 Zigot intrafallopian transfer.  Mirip dengan Fertilisasi in vitro hanya saja yang dipindahkan adalah  zigot atau belum berupa embrio. Pemindahannya juga bukan ke rahim tapi  ke tuba fallopi.
 Kloning, yakni menduplikasi  manusia. Prosedurnya adalah mengosongkan inti sel telur sehingga tidak  lagi memiliki kromosom pembawa DNA, lalu dimasuki inti sel somatik donor  yang mengandung DNA dan komponen genetik lengkap (tidak bisa sperma  karena sperma hanya memiliki separuh kromosom). Sel telur itu lalu  dikembangkan dalam rahim. Sang anak hasil kloning akan identik secara  genetik dengan donor. Saat ini, kloning manusia masih wacana karena  dianggap tidak etis.
 Budaya, moral dan seksualitas
 Budaya memberikan pengaruh yang  sangat nyata terhadap seksualitas. Hampir semua aspek seksualitas  dipengaruhi budaya. Pengaruhnya dimulai dari cara mendidik anak dalam  membangun identitas seksual dan gender, pembentukan orientasi seksual,  dan pembagian peran gender. Budaya mengatur mana yang baik dan mana yang  tidak baik serta mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dalam  perkara seksualitas. Misalnya saja saat ini homoseksualitas bisa  mendapatkan hukuman mati di 8 negara, yakni Afghanistan, Iran,  Mauritania, Pakistan, Saudi Arabia, Sudan, United Arab Emirates, dan  Yaman. 
 Perselingkuhan juga bisa dihukum  mati di negara Iran, Pakistan, Saudi Arabia, dan Yaman. Kita tahu bahwa  di Amerika, Inggris atau Prancis, kumpul kebo adalah hal lazim  dilakukan. Tidak jarang kita mendengar ada yang baru menikah setelah  memiliki anak. Sebaliknya di Indonesia, pelaku kumpul kebo akan diusir  warga. Hanya kota-kota besar semacam Jakarta saja tempat di mana kumpul  kebo mungkin bisa dilakukan.
 Aturan moral tentang seksualitas  diatur oleh budaya. Nah, karena budaya selalu berubah, maka aturan  moral tentang seksualitas pun ikut berubah. Dulu, berpacaran hanya boleh  dilakukan dengan saling mengintip dari lubang dinding. Saat ini pacaran  sudah melakukan semua hal, dari ciuman sampai hubungan seksual. 
 Dulu, homoseksual diusir warga  kampung, sekarang ini kaum homoseksual mulai diterima di masyarakat.  Dulu menggunakan kontrasepsi dianggap dosa, sekarang pemakaian  kontrasepsi telah menjadi keharusan. Oleh sebab itu cukup ada alasan  untuk mengira bahwa masa depan mungkin akan ditandai dengan kebebasan  seks, jika mengingat semakin bebasnya manusia mengekspresikan  seksualitasnya.











