Anjuran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui  pesan layanan singkat (SMS) untuk menghentikan penyalahgunaan dan  kejahatan narkoba membuat orangtua harus meningkatkan kewaspadaan  terhadap remaja yang rentan penyalahgunaan narkoba. 
Masalah pokok remaja berpangkal pada pencarian  identitas diri. Mereka mengalami krisis identitas karena untuk  dikelompokkan ke dalam kelompok anak-anak merasa sudah besar, namun  kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok dewasa. Identitas diri  adalah kepastian posisi sosial dalam lingkup pergaulan di mana seseorang  berada. 
Sejauh mana remaja mampu meraih identitas dirinya,  tergantung dari sejauh mana remaja mampu mengendalikan luapan emosi saat  merasa tersinggung oleh seseorang di sekitarnya; menempatkan diri  dengan wajar dalam relasinya dengan teman sebaya; memperoleh tokoh idola  untuk pencapaian identitas diri yang mantap, baik dalam kelompok rekan  sebaya (peer) atau dalam keluarga; menerima diri apa adanya;  mengendalikan intensitas emosi yang kurang menguntungkan karena  keterbatasan tersebut dengan mengompensasi melalui pencapaian prestasi  sekolah/sosialnya. 
Selain itu sejauh mana mampu mengendalikan  melambungnya ambisi dan angan-angan karena meningkatnya kebutuhan  perkembangan sosialisasi; mengenali dan mendapat peluang melatih  pengendalian kebutuhan biologis baru, dalam hal ini dorongan seksual,  tanpa mengurangi pemanfaatan lingkungan pergaulan guna mencapai  kemampuan sosialisasi seoptimal mungkin; serta merasa memperoleh  pengertian dan dukungan orangtua dan keluarga dalam kondisi kerentanan  oleh krisis identitas tersebut. 
Bila jawaban atas pertanyaan tersebut meragukan, maka  remaja akan terjebak dalam perkembangan pribadi yang ”lemah” dan rentan  penyalahgunaan narkoba. Hambatan proses sosialisasi bisa disebabkan  faktor internal (psikis) maupun faktor eksternal (fisik). 
Hambatan dalam proses sosialisasi merupakan  manifestasi kelemahan fungsi kepribadian yang menyebabkan labilitas  emosional sehingga tingkat toleransi stres pun relatif rendah. Ia mudah  menyerah, kurang memiliki daya juang, dan rendah ketekunannya dalam  belajar mengatasi masalah. Remaja tipe ini rentan terhadap pengaruh  penyalahgunaan narkoba. 
Penyebab lain 
Beberapa penyebab lain adalah dinamika relasi khas  antara faktor psikis dan fisik yang kurang menguntungkan remaja.  Misalnya, badan terlampau gemuk atau kurus, sikap tertutup, teman  terbatas, prestasi belajar antara sedang ke kurang, dan kurang berani  menghadapi tantangan. 
Anak tipe ini biasanya kurang percaya diri sehingga  rawan pemerasan/pemalakan. Awalnya dipaksa menyerahkan uang jajan sampai  akhirnya dipaksa mencuri di rumah. Hasil pemerasan langsung dibelikan  narkoba dan sering terjadi anak dipaksa mencoba minuman keras atau  narkoba yang dibeli dari hasil rampasan/pemerasan tadi. 
Terbentuk pula kedekatan emosional anak dengan anggota  geng lain dan jadilah ia anggota walaupun hanya anak bawang. Karena  merasa harus diterima dalam lingkungan pergaulan, sikap loyal terhadap  geng semakin kuat. Apa pun yang diminta rekan satu geng akan dipenuhi,  apa pun korbannya. Kondisi ini diikuti peningkatan frekuensi bolos  sekolah dan barang berharga di rumah menjadi kurang aman. 
Beberapa faktor internal mirip hal di atas, tetapi  keanggotaan terhadap geng diperoleh dengan pendekatan lebih luwes.  Misalnya, anak diajak naik motor, diajari naik motor atau main gitar,  untuk kemudian dijadikan obyek pemerasan. Karena khawatir kehilangan  teman bermain, segala yang diminta pimpinan geng akan ia penuhi,  termasuk merokok dan kemudian menggunakan narkoba. 
Remaja yang sejak awal pubertas menunjukkan kurang  suka belajar, sering bolos, dan menyukai permainan seperti pachinko atau  permainan lain yang mengandung unsur perjudian biasanya mengalami  ketidakpuasan emosional di rumah dan tidak mampu mengatasi permasalahan  remaja dan gejolak jiwa remajanya. Ia frustrasi dan gelisah. 
Keadaan ini sering dilatari sikap keluarga yang kurang  sempat memerhatikan anak remajanya dan kurang memberi dukungan kasih  serta perhatian bagi anak remaja untuk menyelesaikan masalah remaja  tersebut. Keadaan frustrasi ini membuka peluang penggunaan narkoba  sebagai cara remaja menyelesaikan masalahnya. Bila akhirnya keluarga  mengetahui, reaksi lanjut pihak keluarga biasanya lebih tidak  menguntungkan. Artinya, remaja semakin tenggelam dalam penggunaan  narkoba sebagai jalan keluar masalahnya. 
Remaja yang pada dasarnya memiliki predisposisi  kondisi mental psikopat, artinya dari sejak usia 10-11 tahun sudah  melakukan perjalanan jauh sendiri tanpa direncanakan, sering ”kabur”  dari rumah, pergi tanpa pamit, menghamburkan uang saku, dan biasanya  mendapat uang itu sebagai hasil curian. Manakala uang habis, ia akan  kembali ke rumah dengan air muka seolah tidak bersalah. 
Remaja dengan kecenderungan fungsi kepribadian  psikopat tidak segan melakukan kekerasan dan mengancam. Remaja tipe ini  pun rawan penyalahgunaan narkoba karena di bawah pengaruh narkoba remaja  merasa keberaniannya bertindak antisosial dan agresi semakin meningkat. 
Karena itu, waspadalah orangtua dan keluarga. Beri  dukungan, kasih, dan pengertian yang pas kepada remaja kita agar tidak  terjebak lingkup perkembangan pribadi yang lemah dan rentan  penyalahgunaan narkoba.











